KARYA SENI MURNI
Hayy.... Kembali lagi dengan saya pada postingan kali ini saya akan
memberikan pembelajaran sedikit tentang seni rupa...dan semoga pembelajaran
kali ini dapat bermanfaat bagi kita semua .... oke yang pertama kita akan
mempelajari tentang penciptaan seni rupa murni nah langsung simak aja yah.
1. Penciptaan Seni
Rupa Murni
Penciptaan seni rupa murni merupakan
kegiatan berkarya seni lukis, seni patung, seni grafis, seni serat, dan
lain-lain, untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan pengalaman kehidupan
menjadi perwujudan visual dilandasi kepekaan artistik. Kepekaan artistik
mengandung arti, memerlukan kemampuan mengelola atau mengorganisir
elemen-elemen visual untuk mewujudkan gagasan menjadi karya nyata.
a. Aspek Konseptual
1) Penemuan
Sumber Inspirasi
Titik tolak penciptaan karya seni rupa
murni adalah penemuan gagasan. Kita harus memiliki gagasan yang jelas dalam
mengekspresikan pengalaman artistik. Sumbernya;
(1) berasal dari realitas internal,
perambahan kehidupan spiritual (psikologis) kita sendiri. Misalnya harapan,
cita-cita, emosi, nalar, intuisi, gairah, kepribadian dan pengalaman-pengalaman
kejiwaan lain yang kadangkala belum teridentifikasi dengan bahasa. Dengan kata
lain, gagasan seni timbul dari kebutuhan kita sebagai manusia untuk
berekspresi. (2) berasal dari realitas eksternal, yaitu hubungan pribadi kita
dengan Tuhan (tema religius), hubungan pribadi kita dengan sesama (tema sosial:
keadilan, kemiskinan, nasionalisme), hubungan pribadi kita dengan alam (tema:
lingkungan, keindahan alam) dan lain sebagainya.
2) Penetapan
Interes Seni
Dalam aktivitas penciptaan kita harus
dapat menentukan interes seni kita sendiri, sehingga dapat berkreasi secara
optimal. Pada dasarnya terdapat tiga interes seni: (1) interes pragmatis,
menempatkan seni sebagai instrumen pencapaian tujuan tertentu. Misalnya tujuan
nasional, moral, politik, dakwah, dan lain-lain. (2) interes reflektif,
menempatkan seni sebagai pencerminan realitas aktual (fakta dan kenyataan
kehidupan) dan realitas khayali (realitas yang kita bayangkan sebagai sesuatu
yang ideal). dan (3) interes estetis, berupaya melepaskan seni darinilai-nilai
pragmatis dan instrumentalis. Jadi interes estetis mengeksplorasi nilai-nilai
estetik secara mandiri (seni untuk seni).
Dengan menetapkan interes seni, kita
akan lebih memahami tujuan kita menciptakan karya.
3)
Penetapan Interes Bentuk
Untuk mengekspresikan penghayatan
nilai-nilai internal atau eksternal dengan tuntas, kita perlu mempertimbangkan
kecenderungan umum minat dan selera seni kita sendiri. Misalnya kita dapat
mencermati karya-karya yang telah kita buat selama studi. Kecenderungan yang
dapat kita pilih adalah (1) bentuk figuratif, yakni karya seni rupa yang
menggambarkan figur yang kita kenal sebagai objek-objek alami, manusia, hewan,
tumbuhan, gunung, laut dan lain-lain yang digambarkan dengan cara meniru rupa
dan warna benda-benda tersebut. (2) bentuk semi figuratif, yakni karya seni
rupa yang “setengah figuratif”, masih menggambarkan figur atau kenyataan
alamiah, tetapi bentuk dan warnanya telah mengalami distorsi, deformasi,
stilasi, oleh perupa. Jadi bentuk tidak meniru rupa sesungguhnya, tetapi
dirubah untuk kepentingan pemaknaan, misalnya, bentuk tubuh manusia
diperpanjang, atau patung dewa yang bertangan banyak, bentuk gunung atau
arsitektur yang disederhanakan atau digayakan untuk mencapai efek estetis dan
artistik. (3) bentuk nonfiguratif, adalah karya-karya seni rupa yang sama
sekali tidak menggambarkanbentuk-bentuk alamiah, jadi tanpa figur atau tanpa
objek (karenanya disebut pula seni rupa non objektif). Karya-karya seni rupa
non figuratif, jadinya merupakan susunan unsur-unsur visual yang ditata
sedemikian rupa untuk menghasilkan satu karya yang indah. Istilah lain menyebut
karya seni rupa non figuratif adalah karya seni abstrak. Pada umumya karya
abstrak yang berhasil adalah karya yang memiliki “bentuk bermakna”. Artinya
sebuah karya seni yang memiliki kapasitas membangkitkan pengalaman estetis bagi
orang yang mengamatinya. Dengan kata lain karya seni yang dapat membangkitkan
perasaan yang menyenangkan, yaitu rasa keindahan.
4) Penetapan
Prinsip estetik
Pada umumnya karya seni rupa murni
menganut prinsip estetika tertentu. Kita harus dapat mengidentifikasi cita rasa
keindahan yang melekat pada karya-karya yang pernah kita ciptakan. Pada tahap
ini, kita perlu menetapkan prinsip estetika yang paling sesuai untuk
mengungkapkan pengalaman kita. Alternatif prinsip estetika yang dapat dipilih
ialah: (1) pramodern, prinsip estetika yang memandang seni sebagai aktivitas
merepresentasi bentuk-bentuk alam, atau aktivitas pelestarian kaidah estetik
tradisional (2) modern, prinsip estetika yang memandang seni sebagai aktivitas
kreatif, yang mengutamakan aspek penemuan, orisinalitas, dan gaya pribadi atau
personality. (3) posmodern, prinsip estetika yang memandang seni sebagai
aktivitas permaianan tanda yang hiperriil dan ironik, sifatnya eklektik
(meminjam dan memadu gaya seni lama) dan menyajikannya sebagai pencerminan
budaya konsumerisme masa kini.
b. Aspek Visual
1.) Struktur Visual. Untuk mewujudkan
aspek konseptual menjadi karya visual, perlu ditegaskan lebih spesifik dalam
subject matter, masalah pokok atau tema seni yang akan diciptakan. Misalnya
tema sosial: kemiskinan, dengan pilihan objek “pengemis”. Tema perjuangan:
dengan pilihan objek “Pangeran Diponegoro”, tema religius: lukisan kaligrafi
dengan objek “ayat tertentu”, dan lain sebagainya. Objek-objek tersebut dapat
divisualisasikan dengan berbagai cara, pilihlah unsur-unsur rupa (garis, warna,
tekstur, bidang, volume, ruang), sesuai dengan kebutuhan interes seni, interes
bentuk dan prinsip estetika yang telah ditetapkan dalam aspek konseptual.
2.) Komposisi. Hasil seleksi
unsur-unsur rupa dikelola, ditata, dengan prinsip-prinsip tertentu, baik
terhadap setiap unsur secara tersendiri maupun dalam hubungannya dengan bentuk
atau warna. Dengan memperhatikan empat prinsip pokok komposisi, yaitu:
proporsi, keseimbangan, irama, dan kesatuan untuk memperlihatkan karakteristik
keunikan pribadi kita .
3.) Gaya
pribadi
Dalam penciptaan karya seni,
karakteristik atau ciri khas seorang perupa merupakan faktor bawaan, yang
menandai sifat unik karya yang diciptakannya. Misalnya Raden Saleh, Basoeki
Abdullah dan S. Soedjojono, meskipun sama-sama melukis dengan gaya realisme,
karyanya akan sangat berlainan karena unsur gaya pribadi. Karya Raden Saleh
menghadirkan suasana dramatis aristokratis, karya Basoeki Abdullah
memperlihatkan idealisasi keindahan yang permai, sedangkan karya S. Soedjojono
menghadirkan suasana heroisme dan nasionalisme.
Dalam aktivitas pembelajaran seni rupa,
gaya pribadi akan lebih mudah terlihat apabila kebebasan berkreasi diberikan,
sehingga karya-karya siswa dengan sendi-rinya memperlihatkan keberagaman gaya
seni sesuai kepribadiannya masing-masing.
2. Aspek Operasional
Langkah-langkah kerja dalam keseluruhan
proses perwujudan karya dimulai dari penetapan bahan, peralatan utama dan
pendukung, serta teknik-teknik dalam memperlakukan bahan dengan peralatannya.
Seluruh proses dikelompokkan ke dalam tiga tahap: (1) Tahap persiapan.
pengadaan dan pengolahan bahan utama, bahan pendukung, dan pengadaan peralatan.
(2) Tahap Pelaksanaan, berkenaan dengan pengalaman artistik, aktivitas proses
kreasi dari awal hingga selesai. (3) Tahap akhir, karya seni rupa yang sudah
diciptakan, masih membutuhkan tindakan-tindakan khusus supaya siap dipamerkan.
Jenis karya seni rupa tertentu memerlukan pembersihan menyeluruh, lapisan
pengawet (coating), atau lembaran kaca dan bingkai. Jenis lain membutuhkan
kemasan. Semuanya harus digarap dengan baik, sampai sebuah karya seni rupa
dikatakan siap pamer.
F. Pengertian Dasar Seni Lukis
Penciptaan karya seni lukis, menuntut
pengetahuan dan spesialisasi bidang keahlian, karena itu diperlukan
pengetahuan dasar seni lukis sebagai fondasi proses kreatif yang
dilakukan.
1. Ruang lingkup seni lukis
Sebenarnya banyak pengertian seni lukis
yang didefinisikan oleh para pakar seni, namun pada umumnya, tidak ada satupun
definisi yang dapat memuaskan semua orang. Karena sesungguhnya seni lukis itu
memiliki keberagaman dan memiliki banyak aliran, yang satu sama lain di samping
mempunyai persamaan, juga tidak jarang saling bertentangan secara diametral.
Dari sekian banyak definisi itu, di sini dipilih salah satu definisi sebagai
bekal dasar yang cukup relevan memahami pengertian seni lukis.
Secara teknis lukisan adalah pembubuhan
pigmen atau wama dengan bahan pelarut di atas permukaan bidang dasar, seperti
pada kanvas, panel untuk menghasilkan sensasi atau ilusi ruang, gerakan,
tekstur, untuk mengekspresikan berbagai makna atau nilai subjektif, baik yang
sifatnya intelektual, emosi, simbolik, relegius, dan lain-lain.
Selanjutnya Herbert Read mengatakan
Seni lukis adalah penggunaan garis, warna, tekstur, ruang dan bentuk, shape,
pada suatu permukaan, yang bertujuan menciptakan berbagai image. Image-image
tersebut bisa merupakan pengekspresian ide-ide, emosi, dan
pengalaman-pengalaman, yang dibentuk sedemikian rupa sehingga mencapai harmoni.
Adapun pengalaman yang diekspresikan itu adalah pengalaman yang berisi
keindahan atau pengalaman estetik.
Menurut Edmund Burke Feldman
pengekspresian itu menggunakan (1) Unsur-unsur visual, yang terdiri dari garis,
warna, bentuk, tekstur dan ruang atau gelap terang,
(2) Organisasi dari unsur -unsur tersebut,
yang meliputi kesatuan, keseimbangan, irama dan perbandingan ukuran.
Dari sisi lain, kritikus seni rupa Dan
Suwaryono mengemukakan bahwa seni lukis memiliki dua faktor. (1) Faktor
Ideoplastis: ide, pendapat, pengalaman, emosi, fantasi, dan lain-lain. Faktor
ini lebih bersifat rohaniah yang mendasari penciptaan seni lukis. (2) Faktor
Fisioplastis: yang meliputi hal-hal yang menyangkut masalah teknis, termasuk
organisasi elemen-elemen visual seperti garis, warna tekstur, ruang, bentuk
(shape) dengan prinsip-prinsipnya. Dengan demikian faktor ini lebih bersifat
fisik dalam arti seni lukisnya itu sendiri.
Seni lukis adalah wujud ekspresi yang
harus dipandang secara utuh. Keutuhan wujud itu, terdiri dari ide dan
organisasi elemen- elemen visual. Elemen -elemen visual tersebut disusun
sedemikian rupa oleh seorang pelukis dalam bidang dua dimensional. Pengertian
seni lukis sesungguhnya mencakup ruang lingkup yang lebih luas dari sebuah
defenisi, karena seni lukis juga mengenal istilah lukisan dinding, lukisan
miniatur, lukisan pottery, lukisan
manuskrip, lukisan jambangan, lukisan mosaik, lukisan potret, lukisan kaca.
lukisan enamel, lukisan teknologis yang dibuat dengan menggunakan media
elektronik, seperti komputer. Perhatikan lukisan Gambar 2.3, dikenal sebagai
vector art, dikerjakan dengan komputer, hasilnya cukup realistis. Bandingkan
dengan Gambar 2.4, Di Depan Kelambu Terbuka karya Soedjojono, dikerjakan secara
manual dan menampilkan gaya pelukisan ekspresionisme.
Seni lukis yang lebih
populer di tengah masyarakat dan di ajarkan di lembaga pendidikan kesenian pada
dasarnya adalah easel painting, jenis lukisan yang berukuran lebih kecil dari
lukisan dinding atau mural. Sejenis seni lukis yang lebih fleksibel, karena
para pelukis dapat membawa easel yang praktis itu keberbagai lokasi untuk
melukis di alam bebas, di samping dapat pula digunakan berkarya di studio seni
lukis. Berikut ini disajikan beberapa masalah yang berkaitan dengan pengetahuan
seni lukis.
2.
Unsur Visual
a. Garis
Titik tunggal dalam ukuran kecil
memiliki tenaga yang cukup untuk merangsang mata kita dan dapat berperan
sebagai ‘awalan’. Apabila titik digerakkan maka dimensi panjangnya akan tampak
menonjol dan sosok yang ditimbulkannya disebut ‘garis’. Garis dapat berupa
goresan yang kita buat di atas sebuah bidang, tetapi garis dapat pula mewakili
bekas roda, tiang bambu, kawat, pancaran cahaya, ruang antara dua bangunan atau
dinding, jalan yang melintasi kota, sungai, kontur tanah yang berkelok-kelok,
kontur pegunungan, bangunan, batas dinding dengan lantai, dan seterusnya.
Garis dapat memberikan kesan gerak,
ide, atau simbol. Pada karya seni lukis garis dapat mengekspresikan suasana
emosi tertentu, seperti perasaan bahagia, sedih, marah, teratur, kacau,
bingung, dan lain sebagainya. Secara fisik garis dapat dibuat tebal, tipis,
kasar, halus, lurus, lengkung, berombak, memanjang, pendek, putus-putus,
patah-patah dan banyak lagi. Unsur garis juga dapat membangun asosiasi kita
kepada kesan tertentu, misalnya garis horisontal kesannya tenang, tidak
bergerak, diam, dan lebar. Sementara garis vertikal kesannya agung, stabil,
tinggi, sedangkan garis diagonal kesannya, jatuh, bergerak.
Garis adalah salah satu elemen yang
penting dalam seni lukis. Pedoman seni yang penting dan ampuh sebagaimana juga
yang terdapat dalam hidup, adalah makin nyata, tajam dan kuat garisnya, makin
sempurna hasil seninya. Garis dapat diciptakan melalui (1) kontur, garis paling
luar dari benda yang dilukis, (2) Batas pemisah antara dua warna atau cahaya
terang dan gelap, (3) lekukan pada bidang melingkar atau memanjang lurus, (4)
batas antara dua tekstur yang berlainan.
Dalam Kebudayaan Timur, para pelukis
sangat terpesona oleh kekuatan garis, baik di Cina, Jepang, India, maupun
Indonesia. Untuk memahami kekuatan garis dalam seni lukis, pekritik seni rupa
Sudarmaji mengatakan: “Lukisan Cina klasik yang bersifat grafis memberikan
kesan puitis, lembut, penuh irama yang terkendali, serta menimbulkan efek
perasaan tenteram. Sebaliknya pelukis Vincent van Gogh yang menggunakan garis
pendek, patah-patah menimbulkan efek yang keras tegar. Ada kesan ledakan dan
pemberontakan. Jika garis begitu ditunjang juga oleh warna keras menyala,
sempurnalah kesan kekerasan dan pemberontakan itu. Di dunia Barat, Henry
Matisse, Pablo Picasso, Paul Klee, Roul Dufi sebagian dari tokoh yang kuat
dalam garis. Jika garis digoreskan dengan jujur mengikut kata batin, akan
ditemukan identifikasi seseorang. la menjadi personal. Dengan garis dapat lahir
bentuk, tapi juga bisa mengesankan tekstur, nada dan nuansa, ruang dan volume
yang kesemuanya melahirkan suatu perwatakan.”
Dari penjelasan di atas kiranya dapat
dimengerti, bahwa unsur garis dalam seni lukis dapat dipergunakan sesuai dengan
kebutuhan. Teknik penguasaan dan pengendalian garis dalam seni lukis memang
memerlukan latihan yang intensif, tanpa latihan yang kontinu maka bakat tidak
akan berkembang optimal.
b. Warna
Secara fisika warna ditimbulkan oleh
sinar matahari, bila kita sorotkan sinar matahari ke sebuah kaca prisma maka
sinar tersebut akan terurai menjadi beberapa sinar warna, yang disebut spektrum
warna. Setiap spektrum mempunyai kekuatan gelombang yang kemudian sampai pada
mata kita, sehingga kita dapat melihat wama tertentu.
Pada alam terdapat dua jenis penerima
cahaya, yakni sebagai pemantul dan sebagai penyerab cahaya. Secara fisiologi
stimulasi cahaya memantulkan warna suatu objek sehingga merangsang mekanisme
mata kita, kemudian rangsangan tersebut disalurkan melalui syaraf optik ke
otak, sehingga kita dapat mengenali warna itu. Secara psikologis telah terbukti
bahwa warna dapat mempengaruhi kegiatan fisik maupun mental kita. Reaksi kita
terhadap wama bersifat instingtif dan perseorangan, karenanya sensitivitas
setiap orang juga berbeda kepada warna-warna. Pada berbagai aliran seni lukis
dalam sejarah seni rupa telah dikenal manifenstasi tatawarna tertentu, seperti
skema warna klasik, skema warna Rembrandt, dan lain sebagainya.
Peran warna dalam kegiatan seni lukis
sangat esensial, baik pada masa pra modern, masa modem, maupun masa posmodern.
Pada umumnya para pelukis memanfaatkan warna untuk menyatakan gerak, jarak,
tegangan, deskripsi rupa alam, naturalis, ruang, bentuk, ekspresi atau makna
simbolik. Untuk memahami lebih komprehensif peran warna dalam seni lukis,
berikut ini akan disajikan sifat optis warna, notasi warna, warna objek,
pigmen, yang kesemuanya sangat menentukan kualitas penciptaan sebuah lukisan.
c.
Sifat Warna
Dalam teori warna dikenal ada tiga
sifat optis, optical property, yaitu: hue, value, dan saturation. Hue adalah
tingkat kepekatan wama, misalnya merah, merah oranye, atau hijau, biru, biru
keunguan dan seterusnya. Yang dimaksud dengan value adalah fenomena
kece-merlangan dan kesuraman wama. Nilai rendah adalah warna yang cenderung
suram atau kegelapan, sementara nilai tinggi adalah kecenderungan warna yang
terang dan cemerlang. Misalnya gejala demikian dapat kita lihat pada skala
derajat warna abu-abu dari hitam ke putih. Sedangkan saturation adalah intensitas
nada warna untuk menunjukkan wama-wama menyala, dan warna-warna yang suram.
Semakin murni penggunaan warna semakin tinggi intensitasnya, sebaliknya semakin
tidak murni penggunaan warna semakin rendah intensitasnya. Pada tahun 1940-an
seni lukis Affandi dominan menggunakan warna-wama suram atau kusam, kemudian
lukisannya berkembang kepenggunaan warna-wama yang cerah. Lihat Gambar 2.2
(halaman 11), Karya Affandi Potret Diri dan Matahari, 1977, yang menggunakan
warna-warna merah, oranye, kuning dengan warna latar belakang yang terang
abu-abu keputihan.
d.
Notasi Warna
Notasi warna, color notation, adalah
sistem klasifikasi atau identifikasi warna menurut sifat-sifat optisnya. Dalam
konteks ini dikenal Sistem Munsell, Sistem Ostwald, Sistem Plochere, dan Sistem
Maxwell. Tatanan warna dalam the hues of the spectrum terdapat pada warna
pelangi di alam. Sedangkan dalam lingkaran warna, color circle, dapat dilihat
warna primer, merah, biru, dan kuning. Warna skunder, adalah hijau, ungu,
oranye, ketiganya merupakan hasil pencampuran warna primer. Warna komplementer
letaknya bertolak belakang pada lingkaran warna, misalnya merah dengan hijau,
biru dengan oranye, dan kuning dengan ungu. Terang dan gelap diungkapkan dengan
warna putih dan hitam. Sedangkan wama netral adalah warna abu-abu. Bila hue
adalah nama suatu warna, value kecerahan dan kecemerlangan wama, maka chroma
adalah sifat kualitas, intensitas, dan kejernihan warna.
e.
Warna-Warna Antara
Setelah warna primer, warna skunder,
dan warna komplementer, dikenal pula warna-warna antara, intermediate color,
seperti merah oranye, merah ungu, biru ungu, hijau biru, kuning hijau, dan
oranye kuning. Sebenarnya dalam teori warna, jumlah warna ada delapan puluh
warna.
f. Warna Hangat dan Warna Sejuk
Dari lingkaran wama dapat pula
ditentukan warna hangat-panas dan warna sejuk-dingin, the warm color, the cool
color. Warna yang memberi efek kehangatan adalah merah, oranye dan kuning,
sementara wama hijau dan biru memberikan efek yang menyejukkan.
Pengertian ini kita terjemahkan dari
penglaman keseharian, pada saat kita mendekati wama api yang merah, kita tentu
merasa kehangatan, atau, malah jika terlalu dekat bisa kepanasan. Sementara
bila kita berada di daerah pegunungan yang hijau atau gunung yang kebiruan kita
merasakan iklim yang sejuk. Asosiasi kita mengenai pengalaman real seperti itu
menyebabkan kita mengartikan sifat warna menjadi hangat-panas bagi warna merah,
oranye dan kuning, sementara warna hijau dan biru memberikan efek menyejukkan
atau dingin.
g.
Warna Kromatik dan Akromatik
Warna kromatik, chromatic color,
terdiri dan warna hitam, putih, dan abu-abu, selebihnya termasuk warna
akromatik, achromatic color, seperti merah, biru, kuning, hijau, oranye dan
seterusnya. Dalam seni lukis penggunaan warna tunggal sering diartikan sebagai
warna kromatik, sementara penggunaan warna yang meriah, menggunakan banyak
warna, disebut polychromatic.
h. Warna Objek dan Warna Pigmen
Warna objek adalah warna yang terkena
sinar warna spektrum, yang mengenai mekanisme mata pengamat adalah warna
spektrum dengan panjang gelombang tertentu yang dipantulkan oleh objek
pengamatan. Jika objeknya biru, maka warna spektrum biru panjang gelombang
birulah yang dicerap mata pengamat. Ini berarti pantulan warna tersebut adalah
pantulan warna biru, sedangkan sisanya
diserap oleh permukaan objek tersebut.
Warna pigment atau coloring material
yang berupa bubuk halus yang disatukan dengan zat pengikat, atau paint vehicle
merupakan warna cat yang dikenal luas, seperti cat air, cat poster, cat
gouache, cat tempera, cat minyak, cat akrilik, dan lain sebagainya.
3. Ruang
Ruang, space, extens or area of ground,
surface etc. Artinya, ruang adalah keluasan dari suatu bidang atau permukaan.
Dalam Design Elementer disebutkan ruang bisa dikatakan bentuk dua atau tiga
dimensional, bidang atau keluasan. Keluasan positif atau negatif yang dibatasi
oleh limit.
Berbeda dengan pengertian garis, ruang
mempunyai dua dimensi tambahan yaitu lebar dan dalam. Ruang mempunyai gerakan
arah dan ciri umum seperti halnya: diagonal, horisontal, bergelombang, lurus,
melengkung dan lain-lainnya. Untuk memperjelas ini, maka batasan utama adalah
yang paling sesuai, yaitu ruang adalah keleluasaan dari satu bidang atau
permukaan yang mempunyai bentuk dua dimensional.
4. Tekstur
Pada umumnya para pelukis memanfaatkan
tekstur, texture is quality of surface: smooth, rough, slick, grainy, soft, or
hard.
Kualitas taktil dari suatu permukaan,
nilai kesan raba atau berkaitan dengan indra peraba. Suatu struktur
penggambaran permukaan objek, seperti. buah-buahan, kulit, rambut, batu, kain,
barang elektronik, dan lain sebagainya. Tekstur bisa kasar, halus, keras,
lunak, berbutir, bisa juga kasar atau licin, teratur, atau tidak beraturan,
sesuai dengan kualitas yang ingin diekspresikan.
Tekstur dibuat di atas kanvas, bisa
dengan cat yang dicampur dengan bahan-bahan lain, seperti modeling paste,
pasir, bubuk marmar, dan lain lain. Pada umumnya tekstur digunakan tidak
semata-mata dari segi teknis, tetapi mengacu kepada substansi lukisan, atau
ekspresi lukisan. Jika nilai ekspresi merupakan unsur pokok lukisan, maka
pemanfaatan tekstur merupakan pendukung pengejawantahan nilai ekspresi itu
sendiri. Para pelukis memanfaatkan unsur tekstur untuk variasi, fokus atau
kesatuan. Kesemuanya itu dapat terjadi dengan kesengajaan pelukisnya, maupun
karena sifat dari media yang dipakai ketika melukis. Dalam kaitannya dengan
para pelukis formalis, maka fungsi teksur dapat berubah sebagai unsur yang
berdiri sendiri, artinya tidak ada kaitannya dengan tujuan eksternal tertentu,
bagi mereka penggarapan tekstur semata-mata untuk mencapai efek estetis dalam
kesatuan lukisan. Lihat pada lukisan Ahmad Sadali (gambar 2.7), yang
menggunakan tekstur nyata dengan latar pewarnaan yang kelam, kemudian diberi
aksentuasi warna-warna emas. Sedangkan pada gambar 2.8, Fajar Sidik menyajikan
latar warna cerah merah dengan menyajikan bentuk-bentuk lingkaran, segi tiga,
trapesium dan lain-lain. Bentuk-bentuk itu diisi dengan warna merah, hijau tua,
biru laut, hijau muda, merah jambu, oranye dan kuning gading.
Fajar Sidik berusaha menggabungkan peralihan
bentuk dengan warna komplementer merah-hijau dalam intensitas warna yang
berlainan. Efek pengisian warna pada motif berwarna gelap menghasilkan garis
yang tegas di sekeliling motif tadi. Hal ini menimbulkan efek ritmis yang
dinamis nyaris di seluruh bidang kanvas. Bentuk dan warna bulan sabit tampil
sebagai keunikan lukisan (singular sign).
Jika
seseorang mengamati permukaan lukisan dan mendapat kesan kasar, kemudian meraba
lukisan tersebut benar-benar juga kasar. Atau sebaliknya kesan pengamatan
memberi kesan halus, ketika diraba juga halus, maka jenis tekstur seperti itu
disebut tekstur nyata, actual texture, karena antara hasil
pengamatan dengan kenyataan memiliki kualitas yang sama. Jika
seseorang mendapat kesan kasar pada pengamatan permukaan objek lukisan,
sementara hasil perabaannya sesungguhnya halus, atau kesan pengamatan halus dan
kesan raba kasar, maka jenis tekstur seperti ini disebut tekstur semu,
simulated texture or synthetic texture,
Karena antara hasil pengamatan dengan
kenyataan sesungguhnya tidak sama melainkan berbeda alias tidak nyata. Biasanya
tekstur seperti ini dihasilkan dari efek permainan warna, pola, nada, dan
garis.
mengekspresikan sesuatu, pada kasus van Gogh
terlihat kaitan antara tekstur dengan emosi pelukisnya.
5. Bentuk
Semua
karya seni rupa mempunyai bentuk, apakah realistik atau abstrak,
representasional atau non representasional, dirancang dengan cermat dan
hati-hati atau dihasilkan dengan spontan. Seni lukis, apapun jenis dan
alirannya semuanya merupakan pengorganisasian elemen rupa menjadi bentuk seni.
Dalam
teori seni pemakaian istilah bentuk merupakan terjemahan dari shape, sedangkan
istilah wujud merupakan terjemahan dari form. Bentuk biasanya
diartikan sebagai aspek visual, bagian-bagian yang tergabung menjadi satu yang
disebut rupa atau wujud. Dalam konteks seni rupa, wujud mengandung pengertian
yang khas, yaitu yang memberikan
tatanan khusus sehingga mampu mempengaruhi
persepsi pengamat. Artinya wujud atau perupaan yang mampu merangsang pengalaman
psikologis tertentu bagi pengamat. Dalam praktiknya istilah ini sering
dipertukarkan pemakaiannya. Di Indonesia pada umumnya hanya dipergunakan
istilah bentuk untuk mengartikan rupa atau wujud karya seni.
Bentuk dalam pengertian seni
lukis memiliki banyak segi, ada bentuk figuratif, bentuk semi figuratif dan
bentuk non figuratif. Bentuk figuratif bisa menghasilkan bentuk imitatif
yakni berupaya meniru segala bentuk perwujudan benda-benda alam (keindahan
pegunungan, pantai, daerah pertanian, fauna, flora, potret, dalamsetting alamiahnya)
atau bentuk ciptaan manusia
(seperti pabrik, kota,
pelabuhan, café, dan lain-lain) objek ini di lukis persis seperti keadaan
aslinya). Karya-karya yang dihasilkan dengan sendirinya cenderung menjadi naturalisme.
atau realisme. Atau
jika kehadirannya dipicu oleh kehidupan bawah sadar pencipatanya, maka bisa
pula menghasilkan karya-karya surealisme seperti pada karya-karya
Salvador Dali, Sudibio, atau Ivan Sagito.
Bentuk
semi figuratif antara lain bentuk distorsif, bentuk yang telah dirubah dari
bentuk asal menjadi bentuk yang lebih estetis sesuai dengan cita rasa
penciptanya. Dengan gaya perseorangan yang khas bisa dihasilkan dengan teknik
pemanjangan, pemendekan, peninggian, pemiringan, dan perubahan-perubahan lain
dari objek yang dilukis, semuanya ditujukan untuk maksud-maksud tertentu
sebagai pengungkapan pengalaman seni perseorangan. Juga dikenal bentuk
geometris, teknik pelukisan yang menghadirkan bentuk-bentuk yang tertib,
teratur, dengan pengulangan objek atau motif tertentu sesuai dengan kebutuhan.
Bentuk dalam konteks ini bisa dihasilkan dari analisis bentuk alam menjadi
bentuk dasar dengan kebebasan yang bervariasi, seperti lukisan kubisme, optical
art dan sejenisnya. Karya yang dihasilkan bisa semi figuratif, dan
bisa pula menjadi abstrak geometris, apabila bentuk lukisan tidak lagi
menggambarkan bentuk-bentuk yang bisa diamati dalam kehidupan keseharian. Jika
pelukisan menjadi bidang warna yang datar dalam karya maka bentuk-bentuk yang
dihasilkan menjadi neo plastisisme, seperti karya Piet Mondrian, atau color
field painting, seperti karya Ellswort Kelly. Sebaliknya jika pelukisannya
disertai unsur emosi maka akan menjadi abstrak ekspresionisme seperti karya
Jackson Pollock. Atau jika bentuk itu tidak berupaya mencapai efek tiga
dimensional disebut bentuk dekoratif, seperti lukisan-lukisan tradisional Bali,
atau karya-karya Kartono Yudhokusumo, Mulyadi W. Batara Lubis dan lain-lain.
G. Penciptaan Desain
Desain
sebagai kata kerja berarti proses penciptaan objek baru, sedangkan sebagai kata
benda desain berarti hasil akhir sebuah proses kreatif baik dalam wujud
rencana, proposal, atau karya desain sebagai objek nyata.
Sebagai
aktivitas reka letak atau perancangan, desain dikerjakan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan benda-benda fugsional yang estetis. Proses kreasi
desain mencakup (1) studi pendahuluan (2) Profil Pasar dan Segmen Konsumen. (3)
Alternatif Desain, (4) Uji coba, dan (5) Standar prosedur Produksi.
Penciptaan
desain bisa atas dasar pesanan pihak tertentu, dan bisa pula berupa ciptaan
pedesain yang ditawarkan kepada masyarakat yang menjadi segmen pasar. Pada
tahap studi pendahuluan pedesain
mengkaji
trend produk sejenis, aspek bahan baku, teknik dan proses kreasi, susunan rupa,
gaya, fungsi, harga, dari jenis desain yang akan diciptakan.
Penciptaan
alternatif desain pada umumnya mempertimbangkan faktor kebutuhan fungsional,
faktor estetis, faktor lingkungan, dan faktor kenyamanan dan keamanan
masyarakat pengguna desain, baik dalam arti fisik maupun mental. Sedangkan uji
coba merupakan upaya mendeteksi sejauh mana alternatif desain awal telah
memenuhi kriteria standar desain. Kesimpulan dari hasil analisis dan evaluasi
yang dilakukan dipergunakan untuk memperbaiki desain awal, sehingga diperoleh
karya desain yang representatif dan memuaskan.
H. Prinsip Desain
Dalam
proses kreasi seorang pedesain biasanya memerlukan pengetahuan dasar tentang
keselarasan, kesebandingan, irama, keseimbangan dan penekanan.
1. Keselarasan (harmony)
Dalam suatu desain adalah keteraturan
tatanan di antara bagian-bagian desain, yaitu susunan yang seimbang, menjadi
satu kesatuan yang padu dan utuh, masing-masing saling mengisi sehingga
mencapai kualitas yang disebut harmoni. Faktor keselarasan merupakan hal utama
dan penting dalam penciptaan sebuah karya desain.
2. Kesebandingan (proportion)
Merupakan perbandingan antar
satu bagian dengan bagian lain, atau antara bagian-bagian dengan unsur
keseluruhan secara visual memberikan efek menyenangkan, artinya tidak timpang
atau janggal baik dari segi bentuk maupun warna.
3. Irama (rythme)
Dalam
pengertian visual dapat dirasakan karena ada faktor pengulangan di atas bidang
atau dalam ruang, yang menyebabkan timbulnya efek optik seperti gerakan,
getaran, atau perpindahan dari unsur yang satu ke unsur yang lain. Faktor irama
ini kerap kali memandu mata kita mengikuti arah gerakan dalam karya desain.
4. Keseimbangan (balance)
Dalam penciptaan desain adalah upaya penciptaan karya yang
memiliki daya tarik visual. Kesimbangan pada unsur dan bagian desain, maupun
pada keindahan dan fungsi desain. Keseimbangan dapat memberikan efek formal
(simetri), informal (asimetri), atau efek statik (piramid) dan dinamik (bola)
efek memusat, memencar, dan lain sebagainya. Jadi faktor keseimbangan bertalian
dengan penempatan unsur visual, keterpaduan unsur, ukuran, atau kehadiran unsur
pada keluasan bidang-ruang terjaga bila struktur rupa serasi dan sepadan,
dengan kata lain bobot tatanan rupa memberi kesan mantap dan kukuh.
5. Penekanan (emphasis)
Dalam
merealisasi gagasan desain, adalah penentuan faktor utama yang ditonjolkan
karena kepentingannya, ada faktor pendukung gagasan yang penyajiannya tidak
perlu mengundang perhatian, meski kehadirannya dalam keseluruhan desain tetap
penting. Prinsip penekanan dapat dilakukan dengan distorsi ukuran, bentuk,
irama, arah, warna kontras, dan lain-lain.
Nah
Gitulah pembelajaran pada hari ini dan semoga bermanfaat bagi kita semua yah...
Dan jangan lupa ninggalin jejak komentar di bawah yah dan tunggu juga yah
postingan selanjutnya.... Sekian...